Kamis, 07 Mei 2009

apa ada di negeri ku

Ketika pertama sekali menginjak kan kaki di kuala lumpur, saat saya keluar dari Kuala Lumpur International Airport. Tak ada perbedaan yang saya rasakan baik keramaian, gedung di sekitar airport, atau suasana antara Kuala Lumpur dan Jakarta.
Saya di jemput oleh cik azim dan langsung menuju kota Kuala Lumpur yang lamanya hanya 55 menit. Kami langsung menuju KL Sentral (pusat transportasi di Kuala Lumpur). Dalam waktu 55 menit saya di Kuala Lumpur, beitu cepat saya merasakan perbedaan di negeri ini. Pertama ketika saya turun di Kl Sentral, saya melihat begitu tertib dan mudah nya kita mendapat pelayanan transportasi termasuk dengan segala informasi yang dibutuhkan oleh pengguna jasa layanan. Dijamin (pengalaman pribadi), kita tidak akan salah jalan walupun baru pertama sekali ke Kuala Lumpur.
Dari KL Sentral, saya dan teman yang telah menanti langsung menuju daerah Cheras (bandar sri permaisuri). Setibanya di apartemen saya langsung melepas penat dan baru bangun begitu terdengar azan subuh berkumandang. Perbedaan satu jam walau tak seberapa tetapi agak mengagetkan juga.
Setelah beberapa hari beraktifitas (menuju kampus, putra jaya, dll), saya makin merasakan ada yang tidak pernah saya alami ketika masih berada di negeri yang sangat kita cintai (Indonesia). Ya..., displin masyarakat nya yang begitu melekat pada diri masing2. Contoh kecil yang ingin saya sampaikan adalah saat antri. Walaupun panjang tetapi tidak memakan waktu yang lama, tidak ada saling sikut, dorong dan tidak ada celotehan serta umpatan yang bisa bikin kita menggerutu kesal kadang sakit hati. Saya bertanya, apakah budaya displin masyarakat suatu negara terbentuk dengan sendirinya apabila negara tersebut telah dapat meningkatkan taraf perekonomian masyarakat nya atau memang masyarkat telah didik dari kecil dalam lingkungan keluarga dan lingkungan mereka.
Tepat 2 bulan saya berada di Kuala Lumpur, ketika itu saya sedang menikmati indahnya suasana sore hari dari lantai 5 apartemen yang kami tempati. Seperti biasa jalanan macet, tapi tidak seperti Jakarta yang benar2 macet. Saat itu kami terfokus pada salah satu kendaraan yang tiba2 mogok dalam suasana macet, yang sudah pasti menambah kesemrawutan jalanan. Dalam kendaran tersebut terdiri dari sebuah keluarga (bapak, ibu dan 2 org anak). Tidak lama kemudian kami melihat mobil patroli polisi diraja malaysia mendekati mobil yang rusak tersebut. Selanjutnya apa yang kami lihat...? Anggota polisi tersebut membantu mendorong mobil tersebut memarkirkan mobil ke pinggir jalan, dan ibu beserta dua anaknya diberi tumpangan naik mobil patroli ke tempat yang ingin mereka tuju. Sebuah kejadian yang tidak pernah saya lihat di negara saya selama 34 tahun.
Saat ini saya telah kembali ke indonesia dalam rangka liburan semesteran. Dalam perjalanan dari apartemen menuju bandara, saya menayakan kepada supir taxi. Sudah 4 bulan saya disni, tapi tidak pernah saya melihat tentara diraja malaysia. Dengan bangga supir taxi menjawab, kalau tentara di sini benar2 tinggal dibarak dan tidak boleh keluar dengan memakai atribut serta uniform mereka. Saya menerawang dan tersenyum. Bukan karena salut, tapi dikarenakan dalam waktu 2 jam lagi saya akan bertemu dengan mereka yang saya cintai...... (wildan n teta).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar